INILAH Nasihat KH Ali Mustafa Yaqub untuk Dai Metropolitan


Innalillahi wa innailaihi rojiun. KH Ali Mustafa Yaqub telah pergi meninggalkan kita semua. Mantan imam Masjid Besar Istiqlal ini mengembuskan napas terakhir di RS Hermina, Ciputat, pada Kamis (28/4) pukul 06.00 WIB.

Banyak nasihat yang dituturkan almarhum kepada Republika.co.id. Salah satunya nasihat KH Ali Mustafa Yaqub untuk para dai yang berdakwah di kota-kota metropolitan seperti Jakarta.
Dakwah di kawasan metropolitan memiliki tantangan tersendiri dan menuntut para dai untuk lebih kreatif dalam menyajikan materi. Para dai juga diimbau untuk bisa menyesuaikan diri dengan karakteristik umat yang tinggal di perkotaan itu.

Terkait hal tersebut, KH Ali Mustafa Yaqub menyatakan, para dai harus bisa memahami para pendengar dakwah agar dakwah bisa tersampaikan dengan baik. Mustafa menjelaskan, terdapat riwayat yang meminta umat Islam untuk menyesuaikan diri saat berdakwah.

“Riwayat itu menyatakan, bicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektual mereka. ''Dari riwayat ini berarti para dai harus bisa melewati tantangan ini,”'' kata Mustafa.

Menurut dia, kota metropolitan seperti Jakarta memiliki berbagai macam jenis manusia. Sebagian ada yang berpikiran intelektual dan sebagian lagi biasa saja. Melihat kondisi tersebut, Mustafa berpendapat, dai itu harus bisa berbicara dengan berbagai pendengar. “Para dai harus memiliki kemampuan berdakwah yang berkualitas,” ujarnya.

Menurut Mustafa, penampilan juga harus bisa disesuaikan oleh para dai saat melakukan dakwah di kota metropolitan. Jika mereka berhadapan dengan “kalangan bersarung”, misalnya, maka mereka pantas jika memakai pakaian bersarung. Kemudian, apabila pendengarnya berasal dari kalangan "berdasi", maka menjadi lebih baik jika para dai juga memakai pakaian yang sama.

Mustafa mengungkapkan, permasalahan yang ingin diangkat juga harus bisa disesuaikan oleh para dai. Menurut dia, antara masyarakat biasa dan kalangan intelektual jelas memiliki permasalahan yang berbeda.

Ia menjelaskan, dakwah pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk terus-menerus agar bisa mengubah perilaku yang tidak Islami menjadi Islami. ''“Perilaku tidak Islami misalnya terlalu mempertuhankan harta,''” ujarnya.